Apa Yang Akan Kamu Lakukan Dengan Pujian?

Naris VS Rakus

Perbedaan antara rakus dan narsis itu penting karena keduanya tampak sama dan sering mengaburkan pemahaman. Dengan mengetahui perbedaan keduanya sekiranya kita bisa terbantu dalam menentukan tindakan.

Carol Dweck, ahli psikologi di Columbia University, menemukan bahwa orang-orang pada umumnya memiliki salah satu dari dua keyakinan berikut ini: pertama bahwa kecerdasan bersifat tetap dan yang kedua bersifat bisa dibentuk dan dikembangkan.

Dweck melakukan penelitian pada sekelompok besar mahasiswa ilmu sosial di Universitas Hong Kong, yang menjalankan perkuliahan dalam bahasa inggris.

Dweck memberitahu para mahasiswa tersebut nilai bahasa inggris mereka, dan setelahnya bertanya apakah mereka mau ikut kursus untuk meningkatkan kemampuan bahasa inggris mereka.

Dari situ Dweck menemukan bahwa mereka yang percaya bahwa kecerdasan bisa dibentuklah yang tertarik mengikuti kelas bahasa inggris. Para mahasiswa yang percaya bahwa kecerdasan bersifat tetap sangat takut kelihatan tidak mampu sehingga mereka memilih tidak ikut.

Para mahasiswa yang memandang kecerdasan mereka tak bisa berubah sangat memedulikan untuk bisa tampil cerdas, jadi mereka malah bertindak bodoh, karena apa lagi yang lebih bodoh daripada melepas kesempatan mempelajari sesuatu yang penting bagi keberhasilan diri?

Carol Dweck, dalan Mitos Bakat oleh M. Gladwell

Dalam percobaan serupa, Dweck memberikan tes yang sulit kepada satu kelas. Setelah selesai, satu kelompok dipuji karena sudah berusaha keras sedangkan kelompok lain dipuji karena cerdas.

Mereka yang dipuji karena cerdas enggan melakukan tugas-tugas sulit, dan prestasi mereka setelahnya terus mengalamai penurunan. Mereka yamg percaya bahwa kecerdasan bersifat tetap mulai mengaitkan bakat (kecerdasan) itu dengan citra diri mereka, dan ketika citra diri itu terancam mereka akan repot menghadapi konsekuensinya bahkan dengan berbohong. Mereka tidak mau mengambil kelas perbaikan. Mereka lebih suka berbohong.


Sisi gelap sebuah karisma

Pada awal tahun 1990, ahli psikologi Robert Hogan, Robert Raskin, dan Fazzini menulis esai menakjubkan berjudul The Dark Side of Charisma. Esai itu berargumen bahwa seseorang yang narsis, dalam konteks sebagai manajer yang punya energi serta kepercayaan diri yang mengantarnya mendapatkan posisi dan jabatan, cenderung termasuk sebagai manajer yang buruk.

Manajer narsis tak mau menerima saran orang lain karena menganggap itu akan membuat mereka tampak lemah, dan mereka tak percaya orang lain bisa memberi masukan bermanfaat. Para manajer narsis cenderung lebih merasa berjasa daripada kenyataannnya.

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑